Minggu, 30 Mei 2010

Membangun Kejujuran

Di sebuah supermarket, sepasang suami istri membawa seorang anak yang berusia sekitar empat tahun. Karena badannya kecil sang anak masih didudukkan di sebuah troli. Ketika mereka mengantri dan sudah berada di posisi dekat kasir, si anak meminta susu yang ia lihat di keranjang orang lain.
"Aku mau susu coklat itu!" rengek si anak.
"Aduh, rak susunya jauh di sana!" seru ibu seraya pandangannya menyapu supermarket yang sangat besar dan luas tersebut. Si ibu, berkata pada suaminya, "Papa saja yang ambil sana!"
Si bapak yang posisinya ada di depan troli berkata, "Tidak mau, aku posisinya di sini, susah lewatnya, Mama saja yang ke sana!"
Si ibu yang merasa sudah lelah menolak, "Aduh jauh sekali, capek! Aku nggak mau!" Bapak dan ibu tersebut saling tolak-menolak, sedangkan si anak terus merengek minta susu coklat sambil menunjuk keranjang yang pemakainya entah sedang ke mana.
Tiba-tiba si ibu mempunyai ide dan berkata pada anaknya, "Ambil saja, ambil saja dari keranjang itu!" Si ayah kemudian menimpali, "ya sudah ambil saja, kan belum dibayar!" sambil menurunkan anaknya dari troli. Ibu dan bapak tersebut menyuruh anaknya mengambil barang dari keranjang orang lain. Namun anaknya ragu-ragu. "Sudah, ambil cepetan, kasihkan Papa ke sini!"

ingin lihat artikel lainnya transfer ke BCA dengan no rekening 5540276601
Baca selengkapnya klik... http://www.indahnyaukhuwah.co.cc/2010/03/membangun-kejujuran.html

TIDAK BISA MEMANJAT

Disebuah Sekolah seorang guru agama sedang mengajarkan kepada murid-muridnya tentang syukur. Katanya menjelaskan, "Anak-anak, kalau Kita mendapat nikmat, maka Kita harus memanjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa..." Belum selesai guru tersebut menjelaskan, tiba-tiba ada eorang murid bertanya, "Pak Ustadz, mengapa bila Kita mendapatkan nikmat Kita harus memanjatkan syukur...?!" Akhirnya guru pun menjawab pertanyaan tersebut, "Begini, Nak, alasannya cuma satu, yaitu karena syukur tidak bisa memanjat sendiri".

Hasrat, Komitmen dan Keberanian

Namanya Hani. Hani Irmawati. Ia adalah gadis pemalu, berusia 17 tahun. Tinggal di rumah berkamar dua bersama dua saudara dan orangtuanya. Ayahnya adalah penjaga gedung dan ibunya pembantu rumah tangga. Pendapatan tahunan mereka, tidak setara dengan biaya kuliah sebulan di Amerika.

Pada suatu hari, dengan baju lusuh, ia berdiri sendirian di tempat parkir sebuah sekolah internasional. Sekolah itu mahal, dan tidak menerima murid Indonesia. Ia menghampiri seorang guru yang mengajar bahasa Inggris di sana. Sebuah tindakan yang membutuhkan keberanian besar untuk ukuran gadis Indonesia. "Aku ingin kuliah di Amerika," tuturnya, terdengar hampir tak masuk akal. Membuat sang guru tercengang, ingin menangis mendengar impian gadis belia yang bagai pungguk merindukan bulan.

Untuk beberapa bulan berikutnya, Hani bangun setiap pagi pada pukul lima dan naik bis kota ke SMU-nya. Selama satu jam perjalanan itu, ia belajar untuk pelajaran biasa dan menyiapkan tambahan pelajaran bahasa Inggris yang didapatnya dari sang guru sekolah internasional itu sehari sebelumnya. Lalu pada jam empat sore, ia tiba di kelas sang guru. Lelah, tapi siap belajar.

"Ia belajar lebih giat daripada kebanyakan siswa ekspatriatku yang kaya-kaya," tutur sang guru. "Semangat Hani meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan bahasanya, tetapi aku makin patah semangat."

Hani tak mungkin memenuhi syarat untuk mendapatkan beasiswa dari universitas besar di Amerika. Ia belum pernah memimpin klub atau organisasi, karena di sekolahnya tak ada hal-hal seperti itu. Ia tak memiliki pembimbing dan nilai tes standar yang mengesankan, karena tes semacam itu tak ada. Namun, Hani memiliki tekad lebih kuat daripada murid mana pun.

"Maukah Anda mengirimkan namaku?" pintanya untuk didaftarkan sebagai penerima beasiswa.

"Aku tak tega menolak. Aku mengisi pendaftaran, mengisi setiap titik-titik dengan kebenaran yang menyakitkan tentang kehidupan akademisnya, tetapi juga dengan pujianku tentang keberanian dan kegigihannya, " ujar sang guru.

"Kurekatkan amplop itu dan mengatakan kepada Hani bahwa peluangnya untuk diterima itu tipis, mungkin nihil."

Pada minggu-minggu berikutnya, Hani meningkatkan pelajarannya dalam bahasa Inggris. Seluruh tes komputerisasi menjadi tantangan besar bagi seseorang yang belum pernah menyentuh komputer. Selama dua minggu ia belajar bagian-bagian komputer dan cara kerjanya.

Lalu, tepat sebelum Hani ke Jakarta untuk mengambil TOEFL, ia menerima surat dari asosiasi beasiswa itu.

"Inilah saat yang kejam. Penolakan," pikir sang guru.

Sebagai upaya mencoba mempersiapkannya untuk menghadapi kekecewaan, sang guru lalu membuka surat dan mulai membacakann ya: Ia diterima! Hani diterima

....

"Akhirnya aku menyadari bahwa akulah yang baru memahami sesuatu yang sudah diketahui Hani sejak awal: bukan kecerdasan saja yang membawa sukses, tapi juga hasrat untuk sukses, komitmen untuk bekerja keras, dan keberanian untuk percaya akan dirimu sendiri," tutur sang guru menutup kisahnya.

Kisah Hani ini diungkap oleh sang guru bahasa Inggris itu, Jamie Winship, dan dimuat di buku "Chicken Soup for the College Soul", yang edisi Indonesianya telah diterbitkan.

Tentu kisah ini tidak dipandang sebagai kisah biasa oleh Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Kimberly Kirberger, dan Dan Clark. Ia terpilih diantara lebih dari delapan ribu kisah lainnya. Namun, bukan ini yang membuatnya istimewa.

Yang istimewa, Hani menampilkan sosoknya yang berbeda. Ia punya tekad. Tekad untuk maju. Maka, sebagaimana diucapkan Tommy Lasorda, "Perbedaan antara yang mustahil dan yang tidak mustahil terletak pada tekad seseorang."

Anda memilikinya?



(dari sahabat)

Kisah Seekor Belalang

Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia
berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan gembira
ia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan dia bertemu
dengan seekor belalang lain. Namun dia keheranan mengapa belalang itu
bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.
Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya, "Mengapa
kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh
berbeda dari usia ataupun bentuk tubuh ?".
Belalang itu pun menjawabnya dengan pertanyaan, "Dimanakah kau
selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup di alam bebas
pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan". Saat itu si belalang baru
tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang membuat lompatannya tidak
sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.
Renungan:
Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga
mengalami hal yang sama dengan belalang. Lingkungan yang buruk,
hinaan, trauma masa lalu, kegagalan yang beruntun, perkataan teman
atau pendapat tetangga, seolah membuat kita terkurung dalam kotak
semu yang membatasi semua kelebihan kita. Lebih sering kita
mempercayai mentah-mentah apapun yang mereka voniskan kepada kita
tanpa pernah berpikir benarkah Anda separah itu? Bahkan lebih buruk lagi,
kita lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri
sendiri.
Tidakkah Anda pernah mempertanyakan kepada nurani bahwa Anda bisa
"melompat lebih tinggi dan lebih jauh" kalau Anda mau menyingkirkan
"kotak" itu? Tidakkah Anda ingin membebaskan diri agar Anda bisa
mencapai sesuatu yang selama ini Anda anggap diluar batas kemampuan
Anda?
Beruntung sebagai manusia kita dibekali Tuhan kemampuan untuk
berjuang, tidak hanya menyerah begitu saja pada apa yang kita alami.
Karena itu teman, teruslah berusaha mencapai apapun yang Anda ingin
capai. Sakit memang, lelah memang, tapi bila Anda sudah sampai di
puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar.
Kehidupan Anda akan lebih baik kalau hidup dengan cara hidup pilihan
Anda. Bukan cara hidup seperti yang mereka pilihkan untuk Anda.

Submit : by http://www.kumpulancara.com/

Rabu, 19 Mei 2010

KECIL TAPI NYATA

Suatu hari, seorang pemuka agama dimintai bantuan oleh seorang wanita malang yang tidak punya tempat berteduh.
Karena sangat sibuk, pemuka agama itu berjanji akan mendoakan wanita tersebut.

Beberapa saat kemudian wanita itu menulis puisi seperti ini :

Saya kelaparan ...
dan Anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya

Saya tergusur ...
dan Anda ke tempat ibadah untuk berdoa bagi kebebasan saya

Saya ingin bekerja ....
dan Anda sibuk mengharamkan pekerjaan yang Anda anggap tidak pantas, padahal halal dan saya membutuhkannya

Saya sakit ...
dan Anda berlutut bersyukur kepada Allah atas kesehatan Anda sendiri

Saya telanjang, tidak punya pakaian ...
dan Anda mempertanyakan dalam hati kesopanan penampilan saya,
bahkan Anda menasehati saya tentang aurat.

Saya kesepian ...
dan Anda meninggalkan saya sendirian untuk berdoa

Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Allah
tetapi saya tetap amat lapar, kesepian, dan kedinginan ...

Setelah membaca puisi itu ...
Pemuka agama tadi terharu dan berkata : "kasihan wanita itu" ... lalu sibuk berdoa kembali, dan wanita itu tetap tidak memperoleh tempat berteduh.

Sahabat, dalam memberi bantuan, kita sering lebih banyak menyampaikan teori, nasihat, atau perkataan-perkataan manis.
Namun, kadang sedikit sekali tindakan nyata yang kita lakukan.
Berusahalah untuk membantu orang, mengasihi orang, bukan hanya dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan nyata.

Orang-orang bijak mengatakan :

SATU KEBAIKAN NYATA, SEKECIL APA PUN, JAUH LEBIH BERARTI DIBANDINGKAN SERIBU KATA-KATA INDAH. SATU KEBAIKAN NYATA AKAN MENGUNDANG BEBERAPA KEBAIKAN NYATA LAINNYA.
Namun sekecil apapun kontribusi kejahatan pemikiran kita akan melahirkan daya rusak yang sangat dahsyat, sebagaimana kisah ilustrasi dibawah ini :

Ini adalah kisah di masa depan, ketika alam tidak lagi ramah. Setiap kota diselubungi kubah kaca, karena oksigen alami tak lagi cukup untuk menghidupi manusia. Hidup manusia ditopang oleh sebuah mesin pemasok oksigen yang besar luar biasa.

Salah satu kota bernama RACUST mengalami kekurangan energi karena pasokan bahan bakar terputus akibat bencana. Sang Gubernur gusar, karena sadar dalam waktu beberapa hari maka mereka akan kehabisan oksigen kalau tidak ada pasokan energi.

Akhirnya Gubernur mengumumkan setiap warga harus menyumbangkan secangkir minyak untuk mesin pemasok oksigen kota. Sebenarnya warga juga membutuhkan minyak untuk kebutuhan rumah tangga mereka yang semakin menipis, tapi mereka harus memenuhinya karena ancamannya adalah penjara. Agar tidak dikorupsi, semua warga berkumpul berbaris untuk menuangkan bensin mereka langsung ke mesin utama.

Salah seorang warga bernama EGOS punya ide brilian untuk dirinya. Melihat begitu banyak warga yang antri, dan sedikitnya penjaga, ia merasa punya peluang berhemat.
“Daripada kehabisan minyak di rumah, lebih baik aku nyumbang air saja. Tak akan terasa bedanya secangkir air di dalam jutaan cangkir minyak” pikirnya.

Akhirnya EGOS mengantri, berjalan, dan selalu berusaha menghindari pemeriksaan penjaga. Ketika tiba di depan mesin, dengan lega ia menuangkan air ke dalam tangki mesin, dan ia merasa bebas dan berhasil mengelabui pemerintah kota.
“Aku bebas penjara, tanpa harus kehilangan setetes minyak pun” katanya bangga.

Setelah semua warga menyumbangkan minyaknya, gubernur pun menekan tombol untuk yang mengalirkan minyak warga ke mesin utama. Semua bersorak sorai karena mereka bisa bertahan lebih lama sampai pasokan minyak datang.

Beberapa menit berselang, mesin tiba-tiba mengeluarkan bunyi aneh, berasap, panas dan tak lama kemudian mesinnya mati. Warga panik, semua panik. Kini mereka hanya bisa hidup beberapa jam saja sampai mereka kehabisan oksigen.

Gubernur segera memerintahkan teknisi untuk memperbaiki mesin, tapi sayangnya kerusakan mesin ini mungkin tak sempat diperbaiki dalam waktu singkat, kerusakannya menyebar. Mungkin sebelum mesin diperbaiki rakyat sudah mati. Gubernur begitu kaget setelah mengetahui apa penyebab rusaknya mesin.

Tahukah kenapa mesin tersebut hancur?
Ternyata EGOS bukan satu-satunya yang EGOIST di negeri RACUST yang rakyatnya memang RAKUS.

EGOS merasa dirinya sendiri yang curang sehingga tidak akan berpengaruh, tetapi ternyata semua warga juga berpikir demikian. Setiap orang merasa “Kalau aku tukar air, tidak akan ada pengaruhnya. Ternyata semua warga hanya menyumbangkan air bukan minyak. Mereka merasakan sendiri akibatnya. Mereka bisa binasa karena setiap orang berpikir hanya memberi sedikit kontribusi kehancuran. Tanpa sadar mereka menghancurkan diri bersama-sama.


Apakah ini terjadi dalam kehidupan kita?
Anda pernah melihat oknum aparat di jalan yang menerima tip Rp 5.000 – Rp 10.000 dari supir truk, atau uang damai Rp 50.000, pernah mengurus KTP , atau ngurus paspor yang naik berkali lipat, mengurus surat tanah yang lambat, dsb.

Setiap oknum merasa mereka cuma korupsi sedikit saja, tapi akibatnya kemerosotan mental bangsa secara menyeluruh, dan kepercayaan yang rendah dari masyarakat.
Korupsi kecil ini justru merusak citra aparat yang jujur secara keseluruhan.

Kita kadang belajar malas-malasan atau bekerja malas malasan.
Kita pikir, “Biarin aja gue malas, masa depan gue ini yang hancur”.
Padahal kalau semua berpikir demikian, bangsa ini yang hancur.

Kita buang sampah kecil sembarangan.
Karena yang melakukan semua orang, maka Negara kita menjadi kotor.

KONTRIBUSI KECIL KITA DALAM KEJAHATAN MUNGKIN MEMPUNYAI DAYA HANCUR YANG TIDAK TERBAYANGKAN!

JADIKAN YANG TERKECIL SEKALIPUN MENJADI ABADI DENGAN SEDEKAH, bersama Rumah Yatim Indonesia

Rekening Rumah Yatim Indonesia

Bank BCA :
230.38888 96 dan atas nama Yayasan BANTU (Recomended)
554.0276 601

Bank MANDIRI :
156.0003296409 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MUAMALAT :
305.00116.15 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

SYARIAH MANDIRI :
0697060425 atas nama Muhammad Aly (Ust.Aly/Pimpinan)

Bank BNI :
0184300117 atas nama Muhammad Aly

Bank BRI :
1169-01-001027-50-5 atas nama Muhammad Aly

Jika Anda Ingin Konfirmasi Silahkan SMS ke 081313999801 / 087885554556 / 088211065485 ( Ust.Aly )

Senin, 17 Mei 2010

INFO PENTING JIKA ANDA SEORANG MUSLIM (Kalo bukan muslim abaikan saja)

EVENT MENYESATKAN DARI FACEBOOK

WAKE UP-CALL.

"Kompetisi Internasional Menggambar Sketsa Nabi MUHAMMAD (saww) pada 20 Mei 2010

Event di FACEBOOK.

Judul: Setiap Orang Menggambar MUHAMMAD.

Lebih dari 12.000 seniman iblis telah terdaftar ....

Protest n Hapus Even ini.

Report terhadap Event ini.

KLIK
http://www.facebook.com/event.php?eid=113257775375783&ref=ts

>>>>>>>>>>>>>>"BOIKOT FACEBOOK, pada 20 Mei.2010"<<<<<<<<<<<<<<

NB :
>>>"SETIAP MUSLIM HARUS TIDAK ON ONLINE PADA 20 MEI 2010

>>> SEMUA MUSLIM HARUS TURUN KEJALAN MELAKUKAN TINDAKAN NYATA

>>> KITA LAWAN AKSI PARA IBLIS KAFIR INI DI MULAI DARI ESOK HARI HINGGA EVEN INI DIBUBARKAN
> TAMPILKAN INFO INI DI DINDING FB SAHABAT

> SEBARKAN INFO INI DI DUNIA MAYA DAN DUNIA NYATA

> JIKA KALIAN DARI BAGIAN MEDIA DAN PUBLIKASI CETAK DAN PUBLIKASIKAN BERITA INI

>>>SALAM JIHAD :

> MATI SYAHID DAN HIDUP MULIA ADALAH PEMAHAN DAN TUJUAN KITA

> TEGAKKAN SYARIAT ISLAM DI DUNIA ALLAH

> LAWAN PARA KAFIR

ALLAHU AKBAR !!!............... ALLAHU AKBAR !!!...................
JAZAKALLAHU KHOIRON....

Kamis, 06 Mei 2010

PEMENANG VS PECUNDANG

pemenang selalu jadi bagian dari jawaban;
pecundang selalu jadi bagian dari masalah.

pemenang selalu punya program;
pecundang selalu punya kambing hitam.

pemenang selalu berkata, “Biarkan saya yang mengerjakannya untuk Anda”;
pecundang selalu berkata, “Itu bukan pekerjaan saya”;

Pemenang selalu melihat jawab dalam setiap masalah;
pecundang selalu melihat masalah dalam setiap jawaban.

Pemenang selalu berkata, “itu memang sulit, tapi kemungkinan bisa”;
Pecundang selalu berkata, “Itu mungkin bisa, tapi terlalu sulit”.

Saat pemenang melakukan kesalahan, dia berkata, “saya salah”;
saat pecundang melakukan kesalahan, dia berkata, “itu bukan salah saya”.

Pemenang membuat komitmen-komitmen;
Pecundang membuat janji-janji.

Pemenang mempunyai impian-impian;
Pecundang punya tipu muslihat.

Pemenang berkata, “Saya harus melakukan sesuatu”;
Pecundang berkata, “Harus ada yang dilakukan”.

Pemenang adalah bagian dari sebuah tim;
Pecundang melepaskan diri dari tim.

Pemenang melihat keuntungan;
Pecundang melihat kesusahan.

Pemenang melihat kemungkinan-kemungkinan;
Pecundang melihat permasalahan.

Pemenang percaya pada menang-menang (win-win);
Pecundang percaya, mereka yang harus menang dan orang lain harus kalah.

Pemenang melihat potensi;
Pecundang melihat yang sudah lewat.

Pemenang seperti thermostat;
Pecundang seperti thermometer.

Pemenang memilih apa yang mereka katakan;
Pecundang mengatakan apa yang mereka pilih.

Pemenang menggunakan argumentasi keras dengan kata2 yang lembut;
Pecundang menggunakan argumentasi lunak dengan kata2 yang keras.

Pemenang selalu berpegang teguh pada nilai2 tapi bersedia berkompromi pada hal2 remeh;
Pecundang berkeras pada hal2 remeh tapi mengkompromikan nilai2.

Pemenang menganut filosofi empati, “Jangan berbuat pada orang lain apa yang Anda tidak ingin orang lain perbuat pada Anda”;
Pecundang menganut filosofi, “Lakukan pada orang lain sebelum mereka melakukannya pada Anda”.

Pemenang membuat sesuatu terjadi;
Pecundang membiarkan sesuatu terjadi.

Para Pemenang selalu berencana dan mempersiapkan diri, lalu memulai tindakan untuk menang…
Para pecundang hanya berencana dan berharap ia akan menang …

NIKMATI KOPINYA, BUKAN CANGKIRNYA

Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada keluhan tentang stress di pekerjaan dan kehidupan mereka..

Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan porsi besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis dari porselin, plastic, gelas kristal, gelas biasa, beberapa di antaranya gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah, dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya…

Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan : “Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami.”

Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus, bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukan cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain.

Sekarang perhatikan hal ini : hati kita bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi adalah cangkirnya. Sering kali karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita.

R e n u n g a n :

.. Kehidupan yang sesungguhnya adalah hati kita..

.. Apakah kita sudah merasa bahagia dan damai?

.. Apakah kita mencintai dan dicintai oleh keluarga, saudara dan teman-teman kita?

.. Apakah kita tidak berpikir buruk tentang orang lain dan tidak gampang marah?

.. Apakah kita sudah sabar, murah hati, bersukacita karena kebenaran, sopan dan tidak egois?



Hanya hati kita dan Tuhan yang tahu.. Namun bila kita ingin menikmati kopi dan bukan cangkirnya, hal-hal yang tidak semarak ini harus lebih mengendalikan kita ketimbang hal-hal semarak seperti pekerjaan, uang dan posisi kita.

Sengketa Tanah

Sengketa Tanah, tidak hanya timbul sebagai perkara Perdata, tetapi dapat di mungkinkan dari hasil tindak Pidana, maka Advokat/Lawyer dapat melakukan analisa sehingga perkara tersebut dapat di lakukan Upaya Hukum yang tepat bagi Kliennya.

Sabtu, 01 Mei 2010

MENCIUM BAU SORGA ( Indahnya Husnul Khotimah II )

Sahabat , indicator kesuksesan kita di Kehidupan Akhirat kelak dapat dilihat ketika dalam detik-detik terakhir hembusan nafas kita sampai keluarnya Ruh dalam diri kita. Akankah kita sukses melaluinya ? adakah amal andalan yang sudah kita persiapkan untuk melaluinya ? Pernahkah kita terfikir untuk membuat PLANNING SUKSES AKHIR HAYAT ? ataukah kita tidak pernah terfikir sama sekali ?

Ketika Hembusan Akhir Nafas kita Indah maka akan indahlah Kehidupan Akhirat kita kelak, sebaliknya ketika Hembusan Akhir Nafas kita biasa saja atau bahkan tidak enak dipandang mata, maka Sukses Hidup Kita di Akhirat akan masih mungkin terselamatkan dengan 3 hal : Anak Yang Sholeh yang senantiasa mendo’akan kita, Sedekah Yang tersistem Yang mampu menyelamatkan banyak orang dan Ilmu Yang Membekas dan bermanfaat untuk kebaikan dan kesejahteraan orang banyak.

Kadang amalan-amalan kecil tapi dilakukan dengan berkesinambungan dan penuh ketulusan mampu mengantar kita menuju SUKSES AKHIR HAYAT , namun jika kita mampu membuat Karya Prestatif yang besar untuk Suksesnya Akhir Hayat kita itupun kita harus lakukan. Kisah berikut ini semoga dapat memotivasi kita untuk serius membuat PLANNING SUKSES AKHIR HAYAT.

Seorang Dokter bercerita kepadaku, " Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal - semoga Allah merahmatinya -. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya?

Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya -semoga Allah membalas segala kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel ? Atau apa?

Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka, ‘Jangan khawatir! Saya akan meninggal ... tenanglah ... sesungguhnya aku mencium wangi surga.!' Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan para dokter yang sedang merawat. Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, ‘Wahai saudara-saudara, aku akan mati, maka janganlah kalian menyusahkan diri sendiri... karena sekarang aku mencium wangi surga.'

Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah' Ruhnya melayang kepada Sang Pencipta subhanahu wa ta'ala.

Allahu Akbar ... apa yang harus aku katakan dan apa yang harus aku komentari...Semua kalimat tidak mampu terucap ... dan pena telah kering di tangan... Aku tidak kuasa kecuali hanya mengulang dan mengingat Firman Allah subhanahu wa ta'ala, " Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat." (Ibrahim : 27)

Ia melanjutkan kisahnya :

"Mereka membawa jenazah pemuda tersebut untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya' di tempat pemandian mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Magrib pada hari yang sama.

1. Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullaah Shallallaahu ‘alahi wasallam bersabda, "Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat". Ini merupakan tanda-tanda khusnul khatimah.

2. Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Pada tubuh orang yang sudah meninggal itu (biasanya-red) dingin, kering dan kaku.

3. Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.


Subhanalllah ... Sungguh indah kematian seperti itu. Kita memohon semoga Allah subhanahu wa ta'ala menganugrahkan kita khusnul khatimah.

Sahabat-Sahabat tercinta ... kisah belum selesai...

Saudara Dhiya' bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah kita apa jawabnya?

Apakah kita mengira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya atau discotik? Atau duduk di depan layer televisi untuk menyaksikan hal-hal yang terlarang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan merokok? Menurut kita kira-kira apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan husnul khatimah (insyaAllah -red) yang saya yakin bahwa kita semuapun mengidam-ngidamkannya; meninggal dengan mencium wangi surga.

Ayahnya berkata, "Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan shalat Shubuh berjama'ah. Ia gemar menghafal al-Qur'an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU."


"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.' Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Fhushilat:30- 32)

Sahabat, masih terbuka peluang Amal Sholeh untuk Program INFAQ KASUR ANAK ASUH, semoga ini menjadi salah satu Palnning Sukses Akhir Hayat Kita, info lengkapnya silahkan di klik http://www.rumah-yatim-indonesia.org

Rekening Rumah Yatim Indonesia
Bank BCA :
230.38888 96 atas nama Yayasan BANTU (Recomended)
230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MANDIRI :
156.0003296409 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MUAMALAT :
305.00116.15 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank BNI :
0184300117 atas nama Muhammad Aly (Ust.Aly/Pimpinan)

Bank BRI :
1169-01-001027-50-5 atas nama Muhammad Aly

Rekening PAYPAL :
rumahyatimindonesia@yahoo.co.id

BERDO'A BUKAN AGAR MENANG

Seorang anak yang berdoa bukan untuk menang, tapi kuat dan tegar menghadapi kekalahan.


Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Parjo. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Parjo lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsingkan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang, mobil itu tidak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Parjo bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalurl lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Namun, sesaat kemudian, Parjo meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku siap!”

Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo…ayo…cepat…cepat, maju…maju”, begitu teriak mereka. Ahha… sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan Parjo lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Parjo. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati “Terima kasih.”

Saat pembagian piala tiba. Parjo maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu disehkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?”. Parjo terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata Parjo.

Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku , hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Renungan :

Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Parjo, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Parjo, tak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Parjo, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.

Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukanlah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan- Nya, dan panduan-Nya?

Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang shaleh..

Jay Krhesna.

klik aja deh

Pengikut